Kamis, 15 Maret 2012

FILSAFAT OLAHRAGA



Apa itu FILSAFAT ??

“Filsafat tidak memberikan petunjuk-petunjuk untuk mencapai taraf hidup yang lebih tinggi, juga tidak melukiskan teknik-teknik baru untuk membuat bom atom. Sebenarnya jika di dalam filsafat anda mencari jawaban yang disepakati oleh semua filsuf sebagai hal yang benar, maka anda akan kecewa dan bersedih hati…”
(Louis O. Kattsoff)[1]
Pengetian Filsafat
Setiap orang mungkin akan memberikan jawabannya sendiri apabila dihadapkan pada pertanyaan “apakah hakikat filsafat itu?”. Pertanyaan tentang hakikat filsafat telah diajukan semenjak ribuan tahun yang silam dan sampai saat ini masih tetap dipertanyakan. Beragam jawaban telah diberikan sebagai usaha untuk menjelaskan apakah sesungguhnya filsafat itu, namun tidak pernah ada jawaban yang dapat memuaskan semua orang. Kondisi ini disinyalir berimbas pada kekaburan pengertian filsafat yang hendak dijelaskan karena begitu beragamnya jawaban yang ditawarkan.
Faktanya dalam kehidupan sosial masih banyak orang yang mengganggap filsafat merupakan sesuatu yang serba rahasia, mistis, supra-natural, dan aneh. Ada juga melihat filsafat sebagai percampuran antara astrologi, psikologi, dan teologi. Asumsi lainnya ialah bahwa filsafat merupakan ilmu yang paling istimewa karena ia merupakan mater of scientiarum atau induk dari segala ilmu. Alhasil, sebagian orang memahami filsafat hanya bisa dipelajari oleh orang-orang jenius atau mereka yang memiliki tingkat intelektual extra ordinary.
Pada sisi yang berbeda, ada orang yang memandang filsafat tidak penting untuk dipelajari.` Mereka menganggap filsafat hanyalah “omong kosong” yang tidak memiliki ruang kegunaan praksis. Bahkan, bagi mereka yang setengah-hati mengakuinya sebagai “ilmu”, mereka membayangkan filsafat sebagai sejenis ilmu yang “mengawang” tanpa sebuah pijakan nyata yang bisa dipertanggungjwabkan secara ilmiah.
Di tengah kesimpangsiuran pengertian filsafat tersebut, seringkali kita mengatakan atau mendengar ungkapan: “Filsafat hidup saya adalah…” atau “keberhasilan orang itu tidak lepas dari filosofi yang dianutnya…”. Tentunya “filsafat” dan “filosofi” pada ungkapan di atas pengacu pada sikap, prinsip, dan gagasan yang dianut oleh seseorang dalam mengarungi bahtera kehidupan di dunia.
Sebenarnya, beragam kekeliruan dan kesalahpahaman di atas menunjukkan ketidaktahuan atau pemahaman yang terfragmentasi tentang pengertian filsafat. Lebih lanjut, ketidaktahuan dan pengetahuan yang dangkal tersebut akan melahirkan penafsiran yang menyesatkan terhadap filsafat. Padahal jika filsafat ditelaah dengan serius dan mendalam, ia akan semakin digandrungi, semakin memikat, dan semakin menggugah sesorang untuk mengetahuinya. Oleh karena itu, untuk memahami hakikat filsafat kita harus menelaah dari pelbagai aspek dan dimensi, yakni: tinjauan etimologis yang menelaah filsafat dari asal usul katanya dan tinjauan terminologis yang mengkaji filsafat dari sudut pemakaian istilahnya, serta definisi yang diajukan oleh para filsuf itu sendiri.
Secara etimologis kata “filsafat” merupakan kata turunan dari “philosophia” dalam bahasa Yunani. Ia merupakan kata majemuk dari “philos” yang berarti cinta atau “philia” yang memiliki arti “persahabatan” atau “tertarik kepada” dan “sophos” yang berarti kebijaksanaan, pengetahuan, keterampilan, pengalaman praktis, dan intelegensi. Singkatnya, “philosophia” ialah cinta kebijaksanaan atau sahabat pengetahuan.[2] Istilah “philosophia” telah di-indonesiakan menjadi “filsafat”, yang mempunyai ajektiva atau kata sifat “filsafati”, dan “filsuf” yang merupakan kata untuk menunjuk pada orangnya. Ada juga orang yang lebih menyukai sebutan “filosofi”, yang memiliki kata sifat “filosofis”, dan “filosof” untuk mengacu kepada orangnya.[3]
Secara historis, istilah filsafat digunakan oleh Phytagoras (sekitar abad ke-6 SM). Saat diajukan pertanyaan apakah ia seorang yang bijaksana, dengan penuh kerendahan hati Phytagoras menjawab bahwa ia hanyalah “philosophos” atau orang yang mencintai kearifan.[4] Namun keabsahan kisah tersebut diragukan karena pribadi dan kegiatan Phytagoras bercampur dengan berbagai legenda. Berdasarkan sumber lain, Heraklitus dianggap sebagai orang yang pertama mempergunakan istilah “philosophos” tersebut..[5] Terlepas dari perdebatan kapan pertama kali istilah “philosophia” atau “philosophos” pertama kali dipergunakan dan diperkenalkan oleh seseorang, yang jelas istilah kedua istilah tersebut, telah populer dipergunakan oleh masyarakat Yunani pada masa Sokrates dan Plato.[6]
Secara terminologis, Filsafat berbanding lurus dengan watak dan fungsinya, setidaknya memiliki arti sebagai berikut:[7]
1) Filsafat adalah seperangkat sikap dan keyakinan terhadap kehidupan dan alam yang biasanya diterima secara tidak kritis. Definisi ini merupakan arti yang informal tentang filsafat. Misalnya, ungkapan “filsafat saya adalah…” mengacu pada sikap pembicara yang informal terhadap apa yang dibicarakan.
2) Filsafat adalah suatu proses kritik atau pemikiran terhadap kepercayaan dan sikap yang sangat dijunjung tinggi oleh seseorang. Pengertian ini menunjuk pada arti yang formal yakni “berfilsafat”. Dalam konteks ini filsafat memiliki dua arti yakni “memiliki dan melakukan”, keduanya tidak dapat dipisahkan secara tegas antara satu dengan yang lainnya. Oleh karena seseorang tanpa mempunyai suatu filsafat tertentu dalam arti yang formal dan personal, ia tidak akan mampu berfilsafat dalam arti kritis dan refleksif. Kendati demikian, memiliki filsafat tidak cukup untuk melakukan filsafat atau berfilsafat. Suatu sikap filsafati yang benar adalah sikap kritis dan mencari. Yakni sikap terbuka, toleran, dan mau untuk melihat segala sudut persoaln tanpa prasangka. Jadi, berfilsafat tidak hanya berarti “membaca dan mengetahui filsafat”. Tetapi lebih dari itu, seseorang dituntut untuk berargumentasi dan menganalisa persoalan berdasarkan pengetahuan yang dimiliki, sehingga ia dapat berfikir dan merasakan secara filsafati.
3) Filsafat adalah usaha untuk mendapatkan gambaran keseluruhan. Ini berarti bahwa filsafat berusaha untuk melihat persoalan melalui kombinasi seluruh ilmu dan pengalaman kemanusiaan sebagai suatu perspektif yang konsisten. Jadi, seorang filsuf ingin melihat kehidupan, tidak hanya dalam kaca mata seorang seniman, atau seorang pengusaha, atau seorang seniman, tetapi melampaui itu semua ia ingin memahami hidup dalam beragam sudut pandang yang menyeluruh.
4) Filsafat adalah sebagai analisa logis dari bahasa serta penjelasam tentang arti kata dan konsep. Ini merupakan suatu fungsi filsafat. Hampir segenap filsuf mempergunakan metoda analisis tertentu untuk menjelaskan arti istilah dan pemakaian bahasa. Namun ada sekelompok filsuf yang memiliki keyakinan bahwa hal tersebut merupakan tugas filsafat terutama, bahkan lebih dari itu ada beberapa filsuf yang memandang hal tersebut sebagai satu-satunya fungsi filsafat. Mereka adalah para filsuf yang mempunyai pendirian bahwa filsafat ialah suatu bidang khusus yang mengabdi pada sains (ilmu) dan memberikan deskripsi tentang bahasa, bukan suatu bidang yang luas yang menelaah tentang segala dimensi pengalaman kemanusiaan.
5) Filsafat adalah sekumpulan problema-problema yang langsung yang mendapat perhatian dari manusia dan yang dicarikan jawabannya oleh ahli-ahli filsafat. Pada konteks ini filsafat dianggap sebagai sesuatu yang mendorong penyelidikan mendalam terhadap persoalan-persoalan eksistensi manusia. Misalnya, “siapakah aku?”, “dari manakah aku dan kemana tujuan hidupku?”, “apakah itu kebenaran?”, “apakah itu keindahan”, dan lain sebagainya. Semua pertanyaan itu bersifat filsafati, usaha untuk memperoleh jawaban dan pemecahan terhadapnya telah melahirkan pelbagai teori dan system pemikiran seperti: idealisme, realisme, pragmatisme, eksistensialisme, filsafat analitik, dan fenomenologi.
Begitulah beberapa pengertian filsafat secara umum. Perlu dicatat bahwa kelima definisi yang diutaran di atas mungkin salah satu atau dua diantarannya ditolak oleh seorang filsuf tertentu berdasarkan keunikan sistem pemikiran tokoh tersebut. Oleh karena itu, lebih lanjut akan diketengahkan beberapa pandangan filsuf terkait dengan persoalan sekitar filsafat yang bersifat khas bagi mereka, yakni antara lain:
1) Sokrates[8], pengetahuan tentang diri sendiri melalui pencapaian kejelasan konseptual sebagai fungsi filsafat.[9]
2) Plato[10], berpendapat bahwa filsafat ialah ilmu pengetahuan yang berusaha meraih kebenaran yang asli dan murni, atau penyelidikan tentang seba-sebab dan dan asas-asas yang paling akhir dari segala sesuatu yang ada.[11]
3) Aristoteles[12], mengatakan bahwa filsafat adalah ilmu pengetahuan yang senantiasa berusaha mencari prinsip-prinsip dan penyeba-penyebab dari realitas yang ada. Ia juga mengatakan bahwa filsafat adalah ilmu yang berusaha mempelajari “peri ada selaku peri ada” (being as being) atau “peri ada sebagaimana adanya” (being as such). [13]
4) Descartes[14], filsafat ialah himpunan dari segala pengetahuan yang pangkal penyelidikannya adalah mengenai Tuhan, alam, dan manusia.[15]
5) Hegel[16], berangggapab bahwa filsafat bertugas mendeduksi kategori-kategori. Maksudnya, ide-ide pokok untuk penafsiran hakikat semua hal. Melalui sejarahnya filsafat menghadirkan kebenaran mutlak dalam bentuk mutlak.[17]
Begitulah pengertian filsafat secara etimologis, terminologis, dan definisi yang diberikan oleh para filsuf. Sebenarnya jika ditelah lebih lanjut masih banyak pengetian yang diberikan oleh para filsuf, karenanya tidak berlebihan ada sebuah anggapan bahwa jumlah definisi filsafat berbanding seimbang dengan jumlah para filsuf itu sendiri. Gagasan dan definisi yang begitu kaya tersebut tidak perlu membingungkan, melainkan sebaliknya justru menampakkan betapa luas ranah filsafat sehingga ia bisa bergerak dengan luwes dan leluasa. Sedangkan perbedaan-perbedaan definisi yang diajukan ahli-ahli filsafat merupakan keharusan filsafat, karena kesamaan definisi dan konsep yang diajukan para filsuf justru akan membawa stagnasi pada filsafat itu sendiri.


[1] Louis O. Kattsoff, Pengantar Filsafat, alih bahasa oleh Soejono Soemargono, (Yogyakarta: Tiara Wacana, 2004), hlm. 3.
[2] Lorens Bagus, Kamus Filsafat, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 1996), hlm. 242. bandingkan dengan pengertian yang diajukan oleh Simon Balckburn dalam The Oxford University of philosophy sebagai berikut: “…the study of the most general and abstract features of the world and categories with which we think: mind, matter, reason, proof, truth etc…” lihat Simon Blackburn, The Oxford University of philosophy , (Oxford-New York: Oxford University Press, 1994), hlm. 286.
[3] Jan Hendrik Rapar, Pengantar Filsafat, (Yogyakarta: Kanisius, 1998), hlm. 14.
[4] The Liang Gie, Suatu Konsepsi Kearah Penertiban Bidang Filsafat, (Yogyakarta: 1977), hlm. 6. lihat Juga Lorens Bagus, Kamus Filsafat…, hlm. 244.
[5] Dr. Kondrad Kebung, SVD., Filsafat itu Indah, (Jakarta: Prestasi Pustaka Karya, 2008). hlm. 10.
[6] Hendrik Rapar, Pengantar Filsafat…, hlm. 14.
[7] Titus dkk., Persoalan-persoalan Filsafat, terjem. oleh H.M. Rasjidi, (Jakarta: Bulan Bintang, 1984), hlm. 11-15.
[8] Sokrates (469-399 SM) seorang filsuf Yunani dari Athena. Ia masyhur dengan pendapatnya tentang filsafat sebagai usaha pencarian yang perlu bagi tiap inteletual. Ia juga merupakan teladan seorang yang menghayati prinsip-prinsipnya, walaupun akhirnya prinsip itu berakibat pada yang fatal bagi nyawanya. Ia merupakan anak dari Sophronicus (seorang ahli pahat), dan seorang perempuan yang bernama Xanthippe. Dalam buku Plato yang bertajuk “Apology” diceritakan bahwa Dewa di Delphi (Orackle at Delphy) mentahbiskan Sokrates sebagai orang yang paling bijaksana di Yunani. Pada Tahun 339 SM, ia diadili dan mati dengan tuduhan merusak pemikiran kaum muda dengan menyebarkan aqidah agama yang sesat. Lihat Titus dkk., Persoalan-persoalan Filsafat…, hlm. 16.
[9] Lorens Bagus, Kamus Filsafat…, hlm. 244.
[10] Plato (427-347 SM), dilahirkan di Athena, di tengah-tengah lingkungan aristocrat. Waktu masih muda ia merencanakan untuk memasuki kehidupan politik tetapi ia membatalkan maksudnya tersebut ketika Socrates yang ia kagumi, dihukum mati oleh negara. Setelah Socrates meninggalkan Athena dan melakukan perjalanan sampai tahun 387 SM. Pada tahun itu ia kembali ke Athena dan mendirikan sekolah yang tersohor dengan nama Academy; ia memimpinnya selama 40 tahun. Seperti muridnya yang brilian, Aristoteles, ia adalah salah satu pemikir dan penulis yang sangat besar pengaruhnya dalam sejarah masyrakat Barat. Karya-karyanya yang terkenal, antara lain; Apology dan Crito, keduanya membicrakan tentang peradilan Socrates dan percakapan-percakapannya yang terakhir; Euthyphro yang membicarakan tentang ketakwaan (piety); Phaedo yang memusatkan pembicaraan tentang “ Idea of the Good”; dan Republic, karangan terbaik dari Plato yang membicarakan tentang keadilan dan negara ideal. Titus dkk., Persoalan-persoalan Filsafat…, hlm. 320.
[11] Hendrik Rapar, Pengantar Filsafat…, hlm. 15.
[12] Aristoteles (384-322) adalah seorang filosof, saintis, dan ahli pendidikan.ia secara luas dianggap sebagai salah satu dari ahli pikir yang paling berpengaruh dalam kebudayaan Barat. Ia dilahirkan di Stagira, di bagian utara dari Yunani. Pada umur 18 tahun ia masuk ke Akaemi Plato dan menetap di situ selama hampir 20 taun, yakni sampai Plato meninggal. Ia sering melakukan perjalanan, dan pernah selama empat tahun menjadi guru Prince Alexander yang kemudian terkenal dengan nama Raja Alexander Agung (Alexande The Great). Sekitar tahun 334 SM, Aristoteles kembali ke Athena dan mendirikan perguruannya sendiri, yang dinamakan Lyceum. Ia meringkas dan mengembangkan pengatahuan pada masanya, serta memperkayanya dengan penyelidikannya sendiri serta pemikiran yang kritis. Aristoteles menaruh perhatian kepada ilmu kedokteran dan ilmu hewan serta ilmu-ilmu lainnya; ia juga mendirikan laboratorium-laboratorium dan museum-museum, muridnya, Raja Alexander, pernah menyediakan tenaga sebanyak seribu orang di Yunani da Asia untuk membantu Aristoteles mengumpulkan dan melaporakan princian-peincian tentang kehidupan dan kebiasaan binatang-binatang. Ia juga mengumpulkan konstitusi-kontitusi dan dokumen-dokumen mengenai kehidupan berpolitik di beberapa negara. Tulisan-tulisannya menunjukkan erhatian dalam segala ilmu pengetahuan, termsuk sains (alam), masyarakat dan negara, sastra dn kesenia, serta kehidupan manusia. Karangannya tentang Logika (organon), mengembangkan logika induktif dan syllogistik. Etikanya (Nicomachean Ethic) merupakan karangan sistematik yang prtama ditulis dalam bidang etika dan sampai sekarang masih dibaca umum. Harold H. Titus dkk, Persoalan-Persoalan Filsafat, terjem. Prof. Dr. H.M. Rasjidi, Jakarta: Bulan Bintang, 1984, hlm. 19
[13] Hendrik Rapar, Pengantar Filsafat…, hlm. 15.
[14] René Descartes lahir pada 31 Maret 1596 di La Haye-Tourine, sekarang La Haye-Descartes. Ayahnya seorang anggota Parlemen Bretagne dari kalangan nigrat golongan bawah. Memperoleh pendidikan pertamanya di College des Jesuites de la Fleche (1604-1614). Pada Tahun 1616 mendapat licence dari fakultas Hukum Universitas Poiters. Ia meninggal pada 11 Februari 1650, dalam usia 54 tahun. Lihat Risalah tentang Metode, Alih bahasa oleh Ida sundari Husen dan Rahayu S. Hidayat, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 1995), hlm.83-85.
[15] Hendrik Rapar, Pengantar Filsafat…, hlm. 15.
[16] Georg Wilhelm Hegel (1770-1831), merupakan filsuf Jerman. Hegel lahir di Stuttgart, dia belajar di Tübingen. Pada tahun 1801 ia medapatkan lisensi tutor sebagai Privatdozent dalam bidang filsafat, ia mengajar di di Jena. Namun, pada tahun 1907 ia terpaksa meninggalkan Jena karena “Perang napoleon”, dan selama 8 tahun dia tinggal di Nürnberg sebagai direktur Gymnasium. Pada tahun 1816 ia mendapat gelar Profesor dalam bidang Filsafat di Heidelberg. Dua tahun kemudian ia menggantikan Fichte sebagai Profesor di Berlin. Adapun karya-karnya ialah phänomenologie des Geites atau Phenomenology of Mind (1910), The phenomenology of Spirit (1977), Wissenschaft der Logik atau The Science of Logic (1874), Enzyklopädie der Philosophischen Wissenschaften in Grundisse atau The Encyclopedia of the Philosophical Science (1816), dan Grundlinien der Philosophie des Rechts atau Philosophy of Right (1821). Lihat Simon Blackburn, The Oxford Dictionary of Philosophy,(New York: Oxford University Press, 1994), hlm. 168-169. lihat juga Titus dkk., Persoalan-persoalan Filsafat, terjem. oleh H.M. Rasjidi, (Jakarta: Bulan Bintang, 1984), hlm. 223.

READ MORE

Senin, 12 Maret 2012

Resume Metode Penelitian Kualitatif



Penelitian komunikasi kualitatif kadangkala dipahami sebagai lawan dari penelitian kuantitatif. Perbedaan yan ada meliputi beberapa hal, misalnya tujuan. Penelitian kualitatif tidak ditujukan untuk memberi penjelasan, menontrol gejala komunikasi, menemukakan prediksi, atau untuk menguji teori apapun, tetapi lebih dimaksudkan untuk mengemukakan gambaran atau pemahaman menenai bagaimana dan menapa suatu gejala atau realitas komunikasi terjadi.

                Perbedaan selanjutnya antara penelitian kualitatif dan penelitian kuantitatif terletak pada kelaziman dalam mendasarkan bukti – bukti empirik bagi kesimpulan – kesimpulan yang dikemukakan. Metode Penelitian Kualitatif tidak mendasarkan bukti – bukti empirik pada logika matematik, prinsip – prinsip bilangan, ataupun teknik – teknik analisis statistik, tetapi lebih mendekatkan diri terhadap sesuatu yang bersifat diskursif, seperti transkrip, dokumen, catatan lapangan, hasil wawancara, dokumen – dokumen tertulis, dan data non diskursif. Namun, penelitian kualitatif tidak jarang menggunakan angka – angka dan data statistik untuk memperjelas gambaran tentang tendensi gejala yang diteliti. Penelitian kualitatif sebenarnya bersifat interpretatif  dan karenanya setidaknya sampai tingkat tertentu, memiliki nuansa subjektif.

Sebagian penelitian komunikasi kualitatif justru lebih dimaksudkan untuk membangun teori komunikasi bukan untuk menguji teori komunikasi. Pesoalan kualitatif atau kuantitatif adalah persoalan pendekatan metodologis dan bukan persoalan topik atau objek penelitian. Penelitian ilmiah, termasuk penelitian komunikasi selalu dilakukan dengan maksud – maksud atau tujuan tertentu. Maksud dan tujuan tertentu penelitian inilah yang membingkai pemikiran mengenai bagaimana gejala komunikasi akan diteliti, dan hal ini membawa konsekuensi pilihan paradigma pendekatan penelitian yang digunakan, kualitatif atau kuantitatif atau mungkin penggabungan dari keduanya.

                Positivisme versus  Fenomenologi

Ada beberapa aliran filsafat yang sangat berpengaruh dalam ilmu – ilmu sosial, dua diantaranya adalah positivisme dan fenomenologi. Kalangan positivis biasanya bekerja melakukan penelitian untuk mengetahui fakta – fakta, hubungan – hubungan, dan sebab – sebab terjadinya gejala. Kalangan positivis bekerja dengan menggunakan metode survei atau eksperimen. Sedangkan kalangan fenomenologis berpendapat bahwa penelitian dalam ilmu – ilmu sosial selayaknya dimaksudkan untuk memahami perilaku manusia terutama dari sudut pandang pelakunya sendiri. Apa yang dikemukakan di atas tampaknya memberikan penegasan bahwa di antara aliran filsafat positivisme dan fenomenologi sebenarnya terdapat perbedaan orientasi serta tujuan – tujuan yang bersifat mendasar. Dari sini lalu berkembang dua paradigma pendekatan pokok atau metodologi dalam penelitian ilmu sosial dan perilaku, yakni : paradigma penelitian kuantitatif yang bersumber pada aliran filsafat positivisme dan paradigma penelitian kualitatif yang bersumber pada aliran filsafat fenomenologi.

Hermeneutik

Hermenautik adalah teori sekaligus metode yang lazim digunakan untuk menafsirkan injil serta manuskrip penting lainnya.

Pragmatisme

Pandangan dari aliran filsafat pragmatisme adalah tujuan pokok dari setiap upaya penyelidikan atau penelitian yang bukan merupakan tampilan representasi realitas melainkan agar dapat bertindak secara efektif, oleh karena itu pragmatisme sering dikatakan lebih berorientasi pada kegunaan atau manfaat sehubungan dengan pemikiran filsafat dalam kehidupan.

READ MORE

Sabtu, 10 Maret 2012

Contoh Laporan Hasil Wawancara



LAPORAN HASIL WAWANCARA
1.      Sebagai seorang guru, seperti apakah  Anda memaknai kode etik guru?
Jawab:
 Setiap bentuk pekerjaan/jabatan memiliki etika. Dan sebelum seseorang memangku jabatannya maka akan disumpah sesuai dengan kode etik masing-masing pekerjaan/jabatan. Demikian pula untuk seorang guru. Dengan demikian kode etik guru merupakan landasan moral (ruh) dan pedoman  dalam perilaku kehidupan sehari-hari.
2.      Dalam kode etik guru mengatur sikap dan perilaku seorang guru dalam menjalankan tugas profesionalnya, menurut Anda sikap dan perilaku yang bagaimana yang diatur dalam Kode Etik Guru?
Jawab:
Sikap dan perilaku seorang guru dalam menjalankan tugas profesionalnya yang diatur dalam kode etik guru :
a.       Berbakti membimbing anak didik seutuhnya untuk membentuk manusia pembangunan yang berjiwa Pancasila
b.      Memiliki kejujuran professional dalam menerapkan kurikulum sesuai dengan kebutuhan anak didik masing-masing
c.       Mengadakan komunikasi terutama dalam memperoleh informasi tentang anak didik, tetapi menghindarkan diri dari segala bentuk penyalahgunaan
d.      Menciptakan suasana kehidupan sekolah dan memelihara hubungan dengan orang tua murid sebaik-baiknya bagi kepentingan anak didik
e.       Memelihara hubungan dengan masyarakat di sekitar sekolahnya maupun masyarakat yang luas untuk kepentingan pendidikan
f.        Berusaha mengembangkan dan meningkatkan mutu professional secara sendiri atau bersama-sama
g.       Menciptakan dan memelihara hubungan antara guru
h.       Memelihara, membina dan meningkatkan mutu organisasi guru professional sebagai sarana pengabdian
                           i.        Melaksanakan segala ketentuan yang merupakan kebijaksanaan pemerintah dalam bidang pendidikan
3.      Menurut Anda apakah sekarang ini para guru di Indonesia sudah menunaikan tugas profesionalnya sesuai dengan kode etik guru? Berikan alasannya!
Jawab:
Menurut pengamatan saya sekarang ini para guru di Indonesia belum menunaikan tugas profesionalnya sesuai dengan kode etik guru, dengan alas an :
a.       Masih banyak guru yang enggan meningkatkan mutu profesionalnya, misalnya : enggan membaca tentang ilmu pengetahuan maupun pendidikan, enggan belajar Informatika dan Teknologi, enggan menulis karya ilmiah terbukti dari banyaknya guru yang berhenti sampai golongan IV a
b.      Banyak guru yang malas berangkat/mengikuti MGMP, seminar, seumpama mereka dating hanya menginginkan sertifikat
c.       Banyaknya berita-berita tentang penganiayaan/kekerasan guru terhadap siswa, pencabulan guru terhadap siswi, terjadinya tindak kekerasan antar siswa di sekolah
d.      Masih banyaknya suara miring terhadap guru professional bahwa mereka hanya memiliki sertifikat professional tetapi dalam perilaku keseharian belum professional (tidak ada perubahan)
4.      Menurut Anda,bagaimanakah perilaku guru profesional dalam menjalin hubungan dengan peserta didik?
Jawab:
Perilaku guru professional dalam menjalin hubungan dengan peserta didik:
Menghormati bahwa peserta didik merupakan pribadi yang berkembang, mereka memiliki potensi, keunikan kepribadian yang berbeda-beda. Bila seorang guru dapat menghormati dan menyayangi mereka maka mereka juga akan dapat menghormati dan menyayangi guru. Dengan sabar dan bijaksana bangun keterbukaan sikap dan empati terhadap orang lain dan biasakan untuk dapat mendengarkan siswa bukan siswa saja yang dituntut untuk mendengarkan guru
5.      Guru  harus berusaha menghindari kekerasan fisik di luar batas kaidah pendidikan. Bagaimanakah Anda memaknai pernyataan tersebut?
Jawab:
Guru harus menghindari kekerasan fisik diluar batas kaidah pendidikan. Kekerasan fisik tidak akan menyelesaikan masalah justru dapat menciptakan masalah baru, misalnya sakit fisik, dendam dalam hati atau perilaku nekat dari siswa. Lebih baik selesaikan setiap masalah dengan ketenangan dan kearifan dengan bersandar pada kebenaran bukan rasa superioritas guru. Dan beri kesempatan kepada siswa untuk dapat memahami atau menerima kebenaran
6.      Sejauh manakah seorang guru menjalin kerjasama dengan orang tua/wali dalam menjalankan profesinya?
Jawab:
Seorang guru dapat menjalin kerjasama dengan orang tua/wali dalam menjalankan profesinya sebatas dalam hal misalnya :
a.       Memperoleh informasi tentang anak didik
b.      Mengembangkan potensi anak didik
c.       Melaporkan kondisi dan hasil belajar/perkembangan anak didik
7.      Menurut pendapat Anda, bagaimanakah maksud pernyataan bahwa guru bekerjasama secara arif dengan masyarakat untuk meningkatkan prestise dan martabat profesinya?
Jawab:
Guru bekerjasama secara arif dengan masyarakat untuk meningkatkan prestise dan martabat profesinya, maksudnya :
a.       Guru dan masyarakat sama-sama memiliki tanggung jawab dalam hal untuk   memajukan   dan   mengembangkan pendidikan. Untuk itu hendaknya guru dan masyarakat  menjalin komunikasi dan kerjasama yang harmonis, efektif, dan efisien
b.       Guru mengakomodasikan aspirasi masyarakat dalam mengembangkan dan meningkatkan kualitas   pendidikan   dan   pembelajaran.
c.        Guru peka terhadap perubahan-perubahan yang terjadi dalam masyarakat.
8.      Guru menjunjung tinggi jabatan guru sebagai sebuah profesi. Bagaimanakah Anda memaknai profesi Anda sebagai seorang guru biologi? 
Jawab:
Seorang guru harus dapat menjunjung tinggi profesinya, karena :
Profesi guru merupakan pekerjaan yang membutuhkan pengetahuan, ketrampilan, kemampuan dan keahlian secara khusus. Peranan guru semakin penting dalam era global. Hanya melalui bimbingan guru yang profesional, setiap siswa dapat menjadi sumber daya manusia yang berkualitas, kompetitif dan produktif sebagai aset nasional dalam menghadapi persaingan yang makin ketat dan berat sekarang dan dimasa datang.
9.      Di lingkungan Anda mengajar, seperti apakah fungsi dari organisasi profesi guru khusunya biologi?
Jawab:
Fungsi organisasi profesi guru di sekolah  adalah sebagai wadah untuk mengembangkan keprofesionalan guru
10.  Bagaimanakah perkembangan organisasi profesi di lingkungan Anda mengajar khususnya guru biologi?
JAwab:
Wadah/organisasi profesi guru Biologi (IPA) di sekolah kami adalah MGMP (Musyawarah Guru Mata Pelajaran) Sekolah. MGMP sekolah dilaksanakan pada setiap hari sabtu, sehingga hari Sabtu guru mata pelajaran IPA (Fisika dan Biologi) tidak ada jam di kelas diharapkan hari tersebut guru dapat melaksanakan MGMP. MGMP dapat dilaksanakan di tingkat sekolah apabila pada hari itu tidak ada kegiatan MGMP tingkat kawedanan atau kabupaten. MGMP kawedanan dilaksanakan hanya 3 kali dalam satu semester. Selebihnya MGMP dilaksanakan di tingkat sekolah, tetapi pelaksanaannya belum maksimal karena sebagian guru enggan enggan hari sabtu masuk MGMP sekolah karena merasa tidak ada jam pelajaran atau merasa malas ber MGMP apalagi bagi mereka yang senior.
11.  Bagaimanakah upaya yang dilakukan  di sekolah tempat Anda mengajar dalam menjunjung Kode Etik Guru?
Jawab:
Upaya sekolah dalam rangka menjunjung kode etik guru :
a.       binaan rutin oleh kepala sekolah dan pengawas terhadap guru
b.      Mendatangkan narasumber untuk sosialisasi dan menyegarkan kembali tentang kode etik guru
c.       Meminta kepada guru untuk mendatangi forum-forum kajian ilmiah agar terjaga kesegaran kode etik guru
12.  Di lingkungan sekolah tempat Anda mengajar, bagaimanakah hubungan seorang guru dengan  rekan sejawat dan juniornya?
Jawab:
Hubngan dengan rekanan sejawat dan juniornya :
a.       Kami saling berbagi dalam hal pengalaman, iptek
b.      Saling melengkapi/membantu dalam menyelesaikan masalah siswa
c.       Mendiskusikan materi sulit
13.  Sejauh yang Anda ketahui, bagaimanakah tindakan/sanksi terhadap pelanggaran kode etik guru di lingkungan tempat anda mengajar?
Jawab:
Yang berhak menegur/memberi sangsi terhadap guru yang melanggar kode etik adalah kepala sekolah. Sejauh yang saya ketahui apabila ada guru yang melanggar kode etik di sekolah maka :
a.       Kepala sekolah memanggil dan menegur terhadap guru yang melanggar secara tertutup
b.      Kepala sekolah mengadakan pembinaan secara umum terhadap semua guru jangan sampai melanggar kode etik guru dan memberikan informasi jika sampai terjadi pelanggaran
14.  Bagaimanakah pendapat Anda untuk  mengatasi pelanggaran kode etik guru yang terkait dengan pelanggaran hukum? Misalnya pencabulanterhadap peserta didik?
Jawab:
Untuk mengatasi pelanggaran kode etik guru dalam hal pencabulan terhadap siswa :
a.       Memberikan sangsi terhadap guru yang melanggar kode etik sesuai dengan peraturan yang berlaku
b.      Mengingatkan kembali bahwa seorang guru merupakan figure yang seharusnya layak  “digugu dan ditiru”
15.  Dalam kode etik guru terkandung beberapa nilai-nilai dasar dan operasional, menurut anda apakah sekarang ini para guru di Indonesia telah menjunjung tinggi nilai tersebut? Berikan alasannya!
Jawab:
Guru di Indonesia belum menjunjung tinggi nilai-nilai dasar dan nilai operasional dalam kode etik guru, karena :
a.       Kebanyakan guru sertifikasi baru merupakan label
b.      Guru mengajar masih gaya tradisional, misalnya ceramah alat-alat laboratorium IPA pada kebanyakan sekolahan  jarang tersentuh (hanya guru tertentu yang menggunakan bahkan ada guru yang sama sekali tidak menggunakan alat-alat lab mereka menggunakan kalau ada supervisi saja )
c.       Masih banyak guru yang tidak dapat menggunakan IT
d.      Gaya guru mengajar masih dictator, kebanyakan siswa dianggap seperti botol kosong (terutama di sekolah-sekolah pinggiran)
e.      Guru malas berkreasi untuk membuat teknik/ model pembelajaran inovatif apalagi membuat alat peraga
16.  Menurut Anda seperti apakah guru yang profesional itu?
Jawab:
Guru yang professional adalah :
a.       Guru yang dalam kehidupan sehari-hari dalam menjalankan profesinya dijiwai oleh kode etik guru
b.      Memiliki pompetensi pedagogic
c.       Memiliki kompetensi kepribadian
d.      Memiliki kompetensi social
e.      Memiliki kompetensi profesional












READ MORE

Rabu, 07 Maret 2012

FORMAT PENULISAN KARYA TULIS ILMIAH



FORMAT PENULISAN KARYA TULIS ILMIAH
 PKM-M (Pengabdian Masyarakat)


Usulan PKM diwajibkan mengikuti Format Kulit Muka  dan Format Halaman Pengesahan berikut:
1  Judul Kegiatan      :
2  Bidang Kegiatan   :   (  ) PKM-P    (  ) PKM-K       
  (Pilih salah satu)            (  ) PKM-T     (  ) PKM-M
 
3  Bidang Ilmu   :          (  ) Kesehatan               (  ) Pertanian
   (Pilih salah satu)         (  ) MIPA                     (  ) Teknologi dan Rekayasa
                                    (  ) Sosial Ekonomi       (  ) Humaniora
                                    (  ) Pendidikan 
4.   Ketua Pelaksana Kegiatan
  a.  Nama Lengkap       :
  b.  NIM       :
  c.  Jurusan       :
  d.  Universitas/Institut/Politeknik  :
  e.  Alamat Rumah dan No Tel./HP   :
  f.  Alamat email       :
5.  Anggota Pelaksana Kegiatan/Penulis  :   orang
6.   Dosen Pendamping
  a.   Nama Lengkap dan Gelar  :
  b.  NIP       :
  c.  Alamat Rumah dan No Tel./HP  :
6.   Biaya Kegiatan Total:
  a.   Dikti          : Rp
  b.  Sumber lain (sebutkan . . . )  : Rp
7.  Jangka Waktu Pelaksanaan     :  bulan
  
                                                                                                 __________, ___________
Menyetujui
Ketua Jurusan/Program Studi/                                                   Ketua Pelaksana
Pembimbing Unit                                                                                  Kegiatan
Kegiatan mahasiswa
(___________________)                                                         (_____________________)
 NIP.                                                                                         NIM.

Pembantu atau Wakil Rektor                                                                 Dosen Pendamping
Bidang Kemahasiswaan/
Direktur Politeknik/
Ketua Sekolah Tinggi,

(___________________)                                                          (_____________________)
 NIP.                                                                                      NIP.
STRUKTUR PKM M (Pengabdian Masyarakat)

Struktur usulan PKM terdiri dari komponen berikut:
A. Judul
B.Latar Belakang Masalah
C. Perumusan Masalah
D. Tujuan
E. Luaran yang Diharapkan
F. Kegunaan  
G. Gambaran Umum Masyarakat Sasaran (untuk PKM-M)
H. Metode Pelaksanaan
I. Jadwal Kegiatan  
J. Rancangan Biaya.
K. Lampiran
  1)  Biodata ketua serta anggota kelompok
  2)  Biodata dosen pendamping
  3)  Lain-lain
Penjelasan  Sistematika  Usulan  Program  Kreativitas Mahasiswa
Judul kegiatan PKM hendaklah singkat dan spesifik, tetapi cukup jelas memberi gambaran mengenai kegiatan PKM yang diusulkan.
Latar Belakang Masalah
Gambarkan  secara kuantitatif potret, profil dan kondisi khalayak sasaran yang akan dilibatkan dalam kegiatan PKM-M. Gambarkan pula kondisi dan potensi wilayah dari segi fisik, sosial, ekonomi maupun lingkungan yang relevan dengan kegiatan yang akan
dilakukan.
Rumusan Masalah. Rumuskan dengan jelas permasalahan yang ingin diteliti
atau diselesaikan. Uraikan pendekatan dan konsep  untuk menjawab masalah yang diteliti, hipotesis yang  akan diuji, dugaan yang akan dibuktikan, masalah yang
akan dicari penyelesaiannya, atau peluang usaha yang  akan diraih. Dalam perumusan masalah dapat dijelaskan  definisi, asumsi, dan lingkup yang menjadi batasan
kegiatan PKM. Uraian perumusan masalah tidak harus  dalam bentuk pertanyaan.
Tujuan. Rumuskan tujuan yang  akan dicapai secara spesifik yang merupakan kondisi
baru yang diharapkan terwujud setelah kegiatan PKM-M selesai. Rumusan tujuan
hendaknya jelas dan dapat diukur.
Kegunaan. Sebutkan manfaat yang akan diperoleh bagi khalayak  sasaran, dari sisi ekonomi maupun Ipteks, padasaat atau  setelah kegiatan PKM selesai.
Tinjauan Pustaka. Usahakan pustaka terbaru, relevan dan asli dari jurnal  ilmiah. Uraikan dengan jelas kajian pustaka yang  menimbulkan gagasan dan mendasari kegiatan PKM yang akan dilakukan. Tinjauan Pustaka menguraikan teori, temuan, dan bahan penelitian lain yang diperoleh dari pustaka acuan serta menjadi landasan usulan kegiatan
PKM. Tinjauan Pustaka mengacu pada Daftar Pustaka.
Gambaran Umum Masyarakat Sasaran. Penjelasan mengenai kondisi masyarakat sasaran yang akan menerima kegiatan pengabdian agar diuraikan secara faktual. Uraikan permasalahan yang dihadapi masyarakat yang membutuhkan bantuan penyelesaiannya, dan berikan gambaran solusi yang ditawarkan termasuk teknologi yang akan digunakan.
Hindari adanya kegiatan percobaan dalam usulan PKM-M.
Metode Pelaksanaan. Uraikan metode yang digunakan dalam pelaksanaan program secara rinci. merupakan teknik atau cara menyelesaikan permasalahan dan sekaligus untuk mencapai tujuan program
Jadwal Kegiatan Program. Buatlah jadwal kegiatan PKM yang meliputi rinci
kegiatan persiapan, pelaksanaan dan penyusunan laporan dalam bentuk Bar-chart. Bar-chart memberikan rincian kegiatan dan jadwal pelaksanaan kegiatan tersebut.  Untuk menghindari keterikatan waktu pelaksanaan dengan periode waktu tertentu, usahakan
tidak menggunakan nama bulan secara eksplisit dalam penjadwalan rencana kegiatan. Sebagai contoh, untuk menggambarkan urutan waktu pelaksanaan, gunakan
kata “bulan ke-1, bulan ke-2”, dan seterusnya, bukan bulan Maret, bulan April, dan seterusnya.
Rancangan. Berikan rincian biaya PKM baik yang didanai Depdiknas, maksimum Rp 10 (sepuluh) juta,  maupun pihak lain yang bersedia berkontribusi. Usulan yang melampaui
pagu biaya tersebut, tidak akan dinilai. Rekapitulasi biaya terdiri atas:
1. Bahan habis pakai
2. Peralatan penunjang PKM
3.Perjalanan
4.Lain-lain
Rincian biaya harus lengkap, wajar dan jelas peruntukannya. Honorarium tidak diperkenankan bagi pihak manapun (tim pelaksana, dosen pendamping ataupun tenaga pembantu lainnya).
Lampiran
1. Daftar Biodata Ketua dan Anggota Kelompok, serta  dosen pendamping (ditandatangani)
2. Gambaran teknologi yang akan diterapkembangkan
3. Surat Pernyataan Kesediaan Bekerjasama dari Kelompok Tani (PKM-M)
4. Denah detil Lokasi Pengusaha Kecil atau Mitra Kerja 
5. Hal-hal lain yang dianggap perlu

READ MORE
Copyright © 2010 Dotcom Internet All rights reserved.
Wordpress Theme by Templatesnext . Blogger Template by isfan